Bali Terkini – Pengundian nomer urut akan dilaksanakan Senin (23/9) esok oleh KPU. Bacalon Gubernur Bali dari Koaliasi PDI Perjuangan, I Wayan Koster mengaku tidak ingin memilih nomer satu atau nomer dua, dan menyerahkan apapun nomer yang didapat adalah sesuai dengan kehendak alam.
Wayan Koster saat dikonfirmasi pada hari Minggu (22/9) di Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, Buleleng mengatakan dirinya tidak ada meminta ataupun mendapatkan pawisik harus mendapatkan nomer urut berapa. Semua nomer baik nomer satu maupun nomer dua adalah bagus. Semua proses diserahkan pada alam, dan apapun yang didapat nantinya berarti itu kehendak alam.
“Tidak ada pawisik, tidak ada meminta nomer saat berdoa, intinya saya serahkan pada alam. Semua nomer baik,” ucapnya.
Terkait nanti pelaksanaan kampanye, Koster mengaku akan membagi tugas dengan Giri Prasta. Ia mengaku lebih banyak nantinya di Buleleng, dan mengunjungi desa-desa di Buleleng. Sedangkan Giri Prasta akan lebih banyak berkampanye di Bali selatan. Untuk kampanye nantinya juga lebih mengutamakan tokoh-tokoh lokal untuk diajak berkampanye di Bali.
“Saya lebih banyak berkampanye di Buleleng nantinya, Pak Giri nanti kampanye di Badung, Denpasar. Kita utamakan tokoh lokal yang diajak nantinya berkampanye keliling desa untuk bertemu dengan masyarakat dan bersentuhan langsung dengan masyarakat,” imbuhnya.
Sementara itu Bacalon Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna mengaku menyerahkan sepenuhnya nomer urut yang diundi esok hari kepada alam.
“Kita siap saja apapun yang didapat dalam pengundian nomer urut esok. Intinya semua nomer baik,” kata dia.
Terakit nantinya berkampanye bareng dengan calon gubernur atau wakil gubernur berpaketan, menurut Supriatna hal tersebut masih di lihat dari jadwal kampanye yang akan diberikan oleh KPU nantinya. Jadi kampanye nantinya lebih banyak ke desa-desa bersentuhan langsung dengan masyarakat dan untuk kampanye akbar kemungkinan tidak dilakukan karena dinilai kurang efektif saat ini.
“Kampanye akbar dirasa kurang efektif saat ini, disamping banyak memobilisasi masa juga membuat kemacetan. Lebih bagus langsung turun ke desa bertemu langsung dengan masyarakat. Mendapatkan keluhan dan keinginan masyarakat untuk pembangunan Bali dan Buleleng kedepan,” pungkasnya. (Pan)